Kereta Api Menuju Kota Tua

saturndreams
2 min readSep 27, 2021

--

Photo by Lisanto 李奕良 on Unsplash

Sebuah pesan singkat untuk manusia 7 tahun yang lalu.

Sejak pertama kali netra saya memintai kehadiran kamu, saya tidak pernah terpikir untuk punya ingatan-ingatan sambungan perihal kamu yang tidak sengaja dipertemukan semesta dengan saya.

Rasanya aneh, diantara ribuan orang yang menaiki kereta tujuan Kota Tua itu, ketika saya berlari mengejar kereta itu, orang yang pertama kali saya lihat adalah kamu. Saat itu saya sangat memastikan apakah benar itu kamu, orang yang 7 tahun lalu saya temui, dan menghilang keberadaannya.

Hari itu saya banyak berpikir, apakah benar itu kamu? Karena rasanya sudah lama sekali. Ternyata kita sangat dekat. Tapi sepertinya kamu tidak mengenal saya.

Seiring kereta berlabuh, banyak orang yang berdatangan masuk kedalam kereta. Yang saya bisa lakukan hanyalah melihat genggaman tanganmu pada tiang kereta. Sampai dimana kamu sudah mencapai tujuanmu, hilang.

Saya pikir, kamu cuma ditakdirkan sekali lewat hidup saya. Tapi, rasanya tidak. Pandangan saya tertuju terhadap kamu di hari yang lampau itu, menghasilkan ribuan tanya dan prasangka yang menjalari otak saya.

Saya jadi banyak ingin tahu tentang kamu, apakah kamu akan berpapasan dengan saya lagi atau tidak. Sampai beberapa waktu setelahnya, kamu telah menjadi pusat cerita. Rasanya, tidak ada teman saya yang tidak saya ceritakan tentang kamu.

Akhirnya saya memutuskan untuk menghubungimu, ternyata itu memang kamu, orang di masa lalu. Saya selalu mencari topik hanya agar bisa terus kontak denganmu. Beberapa kali saya melihat kamu datang ke sekolah saya untuk mengadakan acara alumni, saya sering mencari kesempatan untuk hanya melihatmu yang bahkan tidak tahu saya ini siapa, sampai saya sadar bahwa saya memang terlalu memaksakan.

Ini membuat saya sesak. Saya selalu mencari tahu tentang kamu. Segalanya. Saya kira itu membuat saya tenang, ternyata saya malah makin gelisah.

Tetapi di beberapa tahun setelahnya, saya sadar, saya dan kamu tidak setara, setidaknya pernah begitu yang ada dalam logika saya. Saya sadar kalau apa apa yang saya lakukan dengan sibuk mengurusi urusan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan saya, rasanya tidak perlu. Saya sadar kalau rasa ingin tahu saya berlabuh ke satu tujuan yang enggak mungkin. Saya sadar kalau kamu terlalu jauh untuk saya capai. Namun, saya tetap berharap kebaikan selalu menjalari kehidupanmu. Kamu adalah orang baik, kamu akan mendapatkan yang setara dengan dirimu. Terimakasih sudah ada di dunia ini. Teruslah berbuat baik. Teruslah hidup.

--

--